TINGKAT-TINGKAT
KEPRIBADIAN MANUSIA
Oleh Edi Juharna, S.Pd.
Ir. Permadi Alibasyah menulis sebuah buku yang berisi
nasihat-nasihat, pengalaman, dan pemikirannya untuk bekal anak-anaknya dalam
mengarungi kehidupan. Buku itu
berjudul BAHAN RENUNGAN KALBU: Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa.
Di salah satu bagian buku itu terdapat sebuah
tulisan yang dikutip dari seorang
psikolog muslim lulusan St. Louis University, USA, Abdul Fattah Rashid Hamid, Ph.D. Di dalam bukunya, Abdul Hamid
menyebutkan bahwa perjalanan setiap individu dalam menuju kesempurnaan
kepribadiannya akan melewati tingkatan kepribadian sebagai berikut:
Kepribadian
tingkat I: An-Nafs al-Amarah
Pada tingkat ini manusia condong pada hasrat dan kenikmatan dunia.
Minatnya tertuju pada pemeliharaan tubuh, kenikmatan selera-selera jasmani dan
pemanjaan ego. Di tingkat ini iri, serakah, sombong, nafsu seksual, pamer,
fitnah, dusta, marah, dan sejenisnya, menjadi yang paling dominan.
Kepribadian
tingkat II: An-Nafs al-Lawwamah
Pada tingkat ini manusia sudah mulai melawan nafsu jahat yang timbul, meskipun ia
masih bingung tentang tujuan hidupnya. Jiwanya sudah melawan hasrat-hasrat
rendah yang muncul. Diri masih menjadi subjek yang dikendalikan hasrat-hasrat
yang bersifat fisik. Ia masih sering tertipu oleh muslihat dunia yang sementara
ini.
Kepribadian
tingkat III: An-Nafs al-Mulhima
Pada tingkat ini manusia sudah menyadari
cahaya sejati, tak lain adalah petunjuk Allah. Semangat takwa dan mencari ridha
Allah adalah semboyannya. Ia tidak lagi mencari
kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi ia selalu introspeksi diri
untuk menjadi hamba Allah yang lurus. Ia selalu dzikir dan mengikuti sunah nabi
Muhammad saw.
Kepribadian
tingkat IV: An-Nafs al Qana’ah
Pada tingkat ini hati telah mantap, merasa cukup
dengan apa yang dimilikinya dan tidak tertarik dengan apa yang dimiliki oleh
orang lain. Ia tidak ingin berlomba untuk menyamai orang lain. Ketinggalan
status baginya buka berarti keterbelakangan dan kebodohan. Ia menyadari bahwa ketidakpuasan atas segala
sesuatu yang telah ditetapkan Allah menunjukkan keserakahan dan ketidakmatangan
pribadi. Pada tingkat ini, manusia mengetahui bahwa seseorang tidak dapat memeroleh kebaikan apa pun
kecuali dengan kehendak Allah. Hanya Allah yang mengetahui apa
yang terbaik dalam situasi apa pun.
Kepribadian
tingkat V: An-Nafs al-Mut’mainah
Pada tingkat ini manusia telah menemukan
kebahagiaan dalam mencintai Allah swt. Ia tidak
ingin memeroleh “pengakuan” dari masyarakat atau pun tentang tujuannya.
Jiwanya telah tenang, terbebas dari ketegangan, karena pengetahuannya telah
mantap bahwa segala sesuatu akan kembali pada
Allah. Ia benar-benar telah memeroleh kualitas yang sangat baik
dalam ketenangan dan keheningan.
Kepribadian
tingkat VI: An-Nafs al-Radiyah
Ini adalah ciri tambahan bagi jiwa yang puas
dan tenang. Ia merasa bahagia karena Allah ridha padanya. Ia selalu waspada
akan tumbuhnya keengganan yang paling sepele terhadap kodratnya sebagai abdi
Tuhan. Ia menyadari bahwa Islam adalah fitrah insane dan ia pun haqqul yaqin pada firman Allah, “… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
ia amat baik bagimu …”. Ia patuh pada Allah semata-mata hanya sebagai
perwujudan terima kasihnya.
Kepribadian
tingkat VII: An-Nafs al-Kamilah
Ini adalah tingkat manusia yang telah sempurna
(al-Insan
al-Kamil). Kesempurnaannya adalah kesempurnaan moral yang telah
bersih dari semua hasrat kejasmanian sebagai hasil kesadaran murni akan
pengetahuan yang sempurna tentang Allah. “Selubung diri”-nya telah terbuka
hanya mengikuti Kesadaran Ilahi. Nabi Muhammad
saw adalah contoh manusia yang telah sampai pada tingkat ini.
Kepribadiannya mengungkapkan segala hal yang mulia dalam kodrat manusia.
Di tingkat mana kamu berada? Berjihadlah
untuk memperbaiki peringkat. Seorang ahli hikmah berkata, “Barangsiapa
hendak memperbaiki jiwa, hendaklah bersungguh-sungguh menekan diri sampai
terbebas dari keburukannya.”
Sudah sampai tingkatan yang mana
kepribadian kita, dalam berusaha memperbaiki diri ?.