Sabtu, 15 Januari 2011

KEPRIBADIAN MANUSIA

TINGKAT-TINGKAT KEPRIBADIAN MANUSIA
Oleh Edi Juharna, S.Pd.

Ir. Permadi Alibasyah menulis sebuah buku yang berisi nasihat-nasihat, pengalaman, dan pemikirannya untuk bekal anak-anaknya dalam mengarungi kehidupan.  Buku itu berjudul  BAHAN RENUNGAN KALBU: Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa.
Di salah satu bagian buku itu terdapat sebuah tulisan yang dikutip dari seorang psikolog muslim lulusan St. Louis University, USA, Abdul Fattah Rashid Hamid, Ph.D. Di dalam bukunya, Abdul Hamid menyebutkan bahwa perjalanan setiap individu dalam menuju kesempurnaan kepribadiannya akan melewati tingkatan kepribadian sebagai berikut:
Kepribadian tingkat I: An-Nafs al-Amarah
Pada tingkat ini manusia condong pada hasrat dan kenikmatan dunia. Minatnya tertuju pada pemeliharaan tubuh, kenikmatan selera-selera jasmani dan pemanjaan ego. Di tingkat ini iri, serakah, sombong, nafsu seksual, pamer, fitnah, dusta, marah, dan sejenisnya, menjadi yang paling dominan.
Kepribadian tingkat II: An-Nafs al-Lawwamah
Pada tingkat ini manusia sudah mulai melawan nafsu jahat yang timbul, meskipun ia masih bingung tentang tujuan hidupnya. Jiwanya sudah melawan hasrat-hasrat rendah yang muncul. Diri masih menjadi subjek yang dikendalikan hasrat-hasrat yang bersifat fisik. Ia masih sering tertipu oleh muslihat dunia yang sementara ini.
Kepribadian tingkat III: An-Nafs al-Mulhima
Pada tingkat ini manusia sudah menyadari cahaya sejati, tak lain adalah petunjuk Allah. Semangat takwa dan mencari ridha Allah adalah semboyannya. Ia tidak lagi mencari kesalahan-kesalahan orang lain, tetapi ia selalu introspeksi diri untuk menjadi hamba Allah yang lurus. Ia selalu dzikir dan mengikuti sunah nabi Muhammad saw.
Kepribadian tingkat IV: An-Nafs al Qana’ah
Pada tingkat ini hati telah mantap, merasa cukup dengan apa yang dimilikinya dan tidak tertarik dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Ia tidak ingin berlomba untuk menyamai orang lain. Ketinggalan status baginya buka berarti keterbelakangan dan kebodohan. Ia menyadari bahwa ketidakpuasan atas segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah menunjukkan keserakahan dan ketidakmatangan pribadi. Pada tingkat ini, manusia mengetahui bahwa seseorang tidak dapat memeroleh kebaikan apa pun kecuali dengan kehendak Allah. Hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik dalam situasi apa pun.
Kepribadian tingkat V: An-Nafs al-Mut’mainah
Pada tingkat ini manusia telah menemukan kebahagiaan dalam mencintai Allah swt. Ia tidak ingin memeroleh “pengakuan” dari masyarakat atau pun tentang tujuannya. Jiwanya telah tenang, terbebas dari ketegangan, karena pengetahuannya telah mantap bahwa segala sesuatu akan kembali pada Allah. Ia benar-benar telah memeroleh kualitas yang sangat baik dalam ketenangan dan keheningan.
Kepribadian tingkat VI:  An-Nafs al-Radiyah
Ini adalah ciri tambahan bagi jiwa yang puas dan tenang. Ia merasa bahagia karena Allah ridha padanya. Ia selalu waspada akan tumbuhnya keengganan yang paling sepele terhadap kodratnya sebagai abdi Tuhan. Ia menyadari bahwa Islam adalah fitrah insane dan ia pun haqqul yaqin pada firman Allah,       “… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu …”. Ia patuh pada Allah semata-mata hanya sebagai perwujudan terima kasihnya.
Kepribadian tingkat VII: An-Nafs al-Kamilah
Ini adalah tingkat manusia yang telah sempurna (al-Insan al-Kamil). Kesempurnaannya adalah kesempurnaan moral yang telah bersih dari semua hasrat kejasmanian sebagai hasil kesadaran murni akan pengetahuan yang sempurna tentang Allah. “Selubung diri”-nya telah terbuka hanya mengikuti Kesadaran Ilahi. Nabi Muhammad saw adalah contoh manusia yang telah sampai pada tingkat ini. Kepribadiannya mengungkapkan segala hal yang mulia dalam kodrat manusia.
Di tingkat mana kamu berada? Berjihadlah untuk memperbaiki peringkat. Seorang ahli hikmah berkata, “Barangsiapa hendak memperbaiki jiwa, hendaklah bersungguh-sungguh menekan diri sampai terbebas dari keburukannya.”

Sudah sampai tingkatan yang mana kepribadian kita, dalam berusaha memperbaiki diri ?.